Safrizal (Sekjen ALF) |
BANDA ACEH, batamtoday -
Menjelang berakhirnya aktivitas Exxonmobil di Aceh Utara. Nangroe Aceh
Darussalam yang ditargetkan pada 2014 ini meninggalkan kesan negatif
terhadap masyarakat dan pemerintah daerah setempat.
Keberadaan Exxon tidak memperhatikan masyarakat dan lingkungan
seperti jalan, selama hampir 10 tahun terakhir jalan sekitar Exxon rusak
parah bahkan sempat sudah menelan korban jiwa. Namun demikian
masyarakatpun terus menyuarakan perbaikan jalan tersebut, hal itu
dilakukan masyarakat sebagai bentuk kekecewaan atas sikap Exxon yang
tidak bertanggung jawab.
Sementara Sumber Daya Alam (SDA) yang ada di Aceh Utara itu terus
terkuras setiap hari, tetapi keuntungan yang didapat masyarakat tidak
ada. Hal itu terbukti pada jalan tadi yang tidak terealisasi sebagaimana
permintaan perbaikan oleh masyarakat.
Safrizal, Sekretaris Jenderal Aceh Liberation Front meminta agar Exxon sedikit bertanggung jawab.
"Jangan habis manis sepah dibuang," kecamnya.
Jalan-jalan yang rusak parah selama 10 tahun terakhir itu diantaranya Jalan Simpang Ceubrek Kecamatan Syamtaliran Aron, yang menghubungkan Nibong, Tanah Luas, Matang Kuli dan Kecamatan Pirak Timu yang menjadi tanggung jawab Exxon.
Kemudian, Jalan Line Pipa dari arah PT Arun NLG Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe sampai Kecamatan Nibong, Kabupaten Aceh Utara.
"Selama ini kondisi jalan tersebut berlubang-lubang, warga sangat sulit untuk melaluinya, bahkan telah menelan puluhan korban jiwa, ketika masyarakat melakukan protes untuk perbaikan, pihak Exxon hanya menutupi lubang-lubang di badan jalan tersebut dengan mengunakan tanah dan ketika hujan lubang tersebut kembali terbuka," kata Safrizal..
Padahal dengan keuntungan Exxon yang didapat selama puluhan tahun beroperasi di Aceh Utara, Sagrizal mengatakan seharusnya perusahaan multi nasional itu sanggup membangun sebuah negara. Namun yang terjadi di Aceh Utara justru sebaliknya.
"Jangankan membangun lapangan pekerjaan, jalan saja sulit untuk diperbaiki," ujar Safrizal.
"Kami anak-anak Aceh Utara sangat menyesalkan atas keberadaan Exxonl yang hanya mengeruk keuntungan saja di Aceh. Minimal dengan limpah ruah keuntungan yang didapat bisa membantu masyarakat dan pemerintah daerah dalam memenuhi kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan jalan tersebut, karena jalan itu digunakan warga selain transportasi umum juga mengangkut hasil kebun dari desa-desa untuk dijual ke daerah kota," tambahnya.
Akibat kerusakan jalan itu membuat harga panen masyarakat menurun karna sulitan masuknya truck pengangkutan, dengan kata lain terpaksa masyarakat menjual harga panen dengan harga yang sangat rendah dan bila masyarakat tidak menjual dengan harga yang telah ditetapkan. Lantas dari mana warga mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya.
"Oleh karena itu kami minta kepada pemerintah daerah dan Exxon agar sedikit memperhatikan masyarakat, karena pada dasarnya Pemda bertanggung jawab atas keberadaan pabrik vital tersebut, terlebih lagi pihak Exxonmobil yang hanya mementingkan profit semata sementara warga sekitar dimarginalkan," pungkasnya.
Sumber: http://www.batamtoday.com
Senin, 07-05-2012 | 10:56 WIB
Safrizal, Sekretaris Jenderal Aceh Liberation Front meminta agar Exxon sedikit bertanggung jawab.
"Jangan habis manis sepah dibuang," kecamnya.
Jalan-jalan yang rusak parah selama 10 tahun terakhir itu diantaranya Jalan Simpang Ceubrek Kecamatan Syamtaliran Aron, yang menghubungkan Nibong, Tanah Luas, Matang Kuli dan Kecamatan Pirak Timu yang menjadi tanggung jawab Exxon.
Kemudian, Jalan Line Pipa dari arah PT Arun NLG Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe sampai Kecamatan Nibong, Kabupaten Aceh Utara.
"Selama ini kondisi jalan tersebut berlubang-lubang, warga sangat sulit untuk melaluinya, bahkan telah menelan puluhan korban jiwa, ketika masyarakat melakukan protes untuk perbaikan, pihak Exxon hanya menutupi lubang-lubang di badan jalan tersebut dengan mengunakan tanah dan ketika hujan lubang tersebut kembali terbuka," kata Safrizal..
Padahal dengan keuntungan Exxon yang didapat selama puluhan tahun beroperasi di Aceh Utara, Sagrizal mengatakan seharusnya perusahaan multi nasional itu sanggup membangun sebuah negara. Namun yang terjadi di Aceh Utara justru sebaliknya.
"Jangankan membangun lapangan pekerjaan, jalan saja sulit untuk diperbaiki," ujar Safrizal.
"Kami anak-anak Aceh Utara sangat menyesalkan atas keberadaan Exxonl yang hanya mengeruk keuntungan saja di Aceh. Minimal dengan limpah ruah keuntungan yang didapat bisa membantu masyarakat dan pemerintah daerah dalam memenuhi kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan jalan tersebut, karena jalan itu digunakan warga selain transportasi umum juga mengangkut hasil kebun dari desa-desa untuk dijual ke daerah kota," tambahnya.
Akibat kerusakan jalan itu membuat harga panen masyarakat menurun karna sulitan masuknya truck pengangkutan, dengan kata lain terpaksa masyarakat menjual harga panen dengan harga yang sangat rendah dan bila masyarakat tidak menjual dengan harga yang telah ditetapkan. Lantas dari mana warga mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya.
"Oleh karena itu kami minta kepada pemerintah daerah dan Exxon agar sedikit memperhatikan masyarakat, karena pada dasarnya Pemda bertanggung jawab atas keberadaan pabrik vital tersebut, terlebih lagi pihak Exxonmobil yang hanya mementingkan profit semata sementara warga sekitar dimarginalkan," pungkasnya.
Sumber: http://www.batamtoday.com
Senin, 07-05-2012 | 10:56 WIB