* Beras dan Rokok Penyumbang Terbesar
BANDA
ACEH - Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh merilis data terbaru bahwa
jumlah penduduk miskin di Aceh pada September 2013 mencapai 856.000
orang atau 17,72% dari 4,8 juta jiwa total penduduk Aceh.
Meski
meningkat dibanding posisi Maret 2013 yang berjumlah 841.000 orang
(17,60 persen), tetapi jika dibanding dengan posisi September 2012,
jumlah penduduk miskin Aceh justru turun 0,86 persen dari sebelumnya
877.000 orang. (Lihat grafik)
Terbanyak, penduduk miskin itu berada di pedesaan, mencapai 699.000 orang. Sedangkan di perkotaan jumlahnya 157.000 orang.
Kepala
BPS Aceh, Hermanto, menjelaskan di kantornya, Kamis (2/1) bahwa besar
kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis
kemiskinan. Di mana seseorang dikatakan miskin apabila pengeluaran per
kapitanya per bulan berada di bawah garis kemiskinan.
Indikator
garis kemiskinan itu sendiri, lanjut dia, terbentuk dari dua komponen,
yaitu garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan bukan makanan
(GKBM).
Untuk Aceh, menurutnya, selama periode September 2012
sampai dengan September 2013, garis kemiskinan naik sebesar 8,16 persen,
yaitu dari Rp 321.893 menjadi Rp 348.172 per kapita/bulan.
Beras dan rokok
Hermanto melanjutkan, dengan memperhatikan komponen garis kemiskinan, maka peranan komoditas makanan lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan. Pada September 2012 sumbangan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 76,11% dan pada September 2013 sebesar 76,42%.
Hermanto melanjutkan, dengan memperhatikan komponen garis kemiskinan, maka peranan komoditas makanan lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan. Pada September 2012 sumbangan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 76,11% dan pada September 2013 sebesar 76,42%.
“Komoditas
yang paling penting bagi penduduk miskin adalah beras dan rokok.
Sumbangan pengeluaran beras dan rokok lebih besar terhadap garis
kemiskinan pada komponen makanan,” katanya.
Hermanto menyebutkan,
sumbangan pengeluaran beras terhadap garis kemiskinan makanan pada
September 2013 sebesar 35,81% di perkotaan dan 39,92% di pedesaan.
Sumbangan pengeluaran rokok, persentasenya lebih besar di pedesaan,
yaitu sebesar 12,52% sedangkan di perkotaan sebesar 9,81%.
“Untuk
komoditas bukan makanan, biaya perumahan mempunyai peranan yang cukup
besar terhadap garis kemiskinan bukan makanan dengan total 22,26 persen
di perkotaan dan 21,31 persen di pedesaan,” sebut Hermanto.
Sedangkan
untuk indeks kedalaman kemiskinan dan keparahan tingkat kemiskinan,
Hermanto mengatakan, Aceh mengalami peningkatan sebesar 0,14 poin.
Indeks kedalaman kemiskinan bergeser dari 3,069 pada September 2012
menjadi 3,201 pada September 2013. “Adapun indeks keparahan kemiskinan
pada periode sama bergeser dari 0,825 menjadi 0,829,” sebutnya.
Sumber: http://aceh.tribunnews.com
Redaksi: Safrizal