Wali Nanggroe Malik Mahmud | www.acehtraffic.com | |
Lhokseumawe - Ketua DPC Partai Nasional Aceh (PNA) Kecamatan Kuta Makmur
Kabupaten Aceh Utara, Juwaini, meninggal dunia setelah mengalami
penganiayaan oleh dua oknum yang diduga simpatisan Partai Aceh (PA).
Penganiayaan ini terjadi salah satu pada pos kambling di Kuta Makmur,
Aceh Utara, Kamis, (06/02/2013).
Atas kejadian tersebut Forum Intraksi
Mahasiswa (FIMA) Paya Bakong, mengutuk keras tindakan yang tidak
bermoral tersebut, tentu tindakan itu telah mencoreng nilai-nilai
demokrasi yang sedang berjalan ditengah-tengah masyarakat Aceh.
“Maka dari itu kami mendesak pihak
kepolisian untuk mengusut tuntas tindakan kekerasan yang terjadi selama
ini, kami mencatat dalam beberapa bulan terakhir ada belasan kasus yang
berbau kekerasan antar lintas partai politik baik itu pengoroyokan,
teror-meneror ataupun pembakaran Mobil Caleg, yang terakhir ini sampai
merenggut nyawa Ketua DPC Partai Nasional Aceh (PNA) kuta Makmur,”
ungkap Wakil Ketua Umum FIMA Juliadi.
Menurutnya, pihak kepolisian terkesan
setengah hati dalam mengusut tuntas kasus yang terjadi selama ini, cuman
sebagian kasus yang tuntas di usut yang lainnya terkesan ada pembiaran.
“Maka dari itu kami mendesak kepolisian
mengusut semua kasus di Aceh sampai setuntas-tuntasnya, karena tindakan
kekerasan selama ini di Aceh telah memperkeruh situasi Aceh yang sedang
menghirup aroma perdamaian,” tambahnya.
Di media sosial seperti Facebook informasi
tentang tewasnya kader PNA berkembang cepat. Junaidi Hanafiah, wartawan
Sinar Harapan asal Aceh Timur meminta Wali Nanggroe Malik Makmud
Al-Haytar mengambil peran untuk mencegah pertumpahan darah antar
simpatisan PNA dan PA.
Kedua partai ini dibentuk oleh mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
"Paduka Wali Nanggroe yang Mulia, tolong
ajak saudara-saudara kita agar tidak saling membunuh sesama bangsa
Aceh...," pinta Junaidi di dinding Facebooknya.
Redaksi: Safrizal
Sumber: http://www.theglobejournal.com